RSS

Arsip Tag: Baksos

An Naba mengalun lembut dari bibir kecilnya

Magelang, 17 06 2011

Tibalah kami serombongan di Mungkid Kabupaten Magelang. Akhirnya setelah semua stase kulewati, inilah kegiatan yang pertama menyambutku. Senang sekaligus khawatir. Senang karena “Alhamdulillah” baru kusadari ternyata setelah semua kegiatan BEM maupun BSO (Badan Semi Otonom) termasuk penelitian dulu mempertemukanku dengan orang-orang hebat. Ya, merekalah yang sekarang menjadi dosen-dosen muka FK Undip dulu adalah kakak-kakak yang senantiasa sabar membantuku dalam kegiatan ini dan itu. Dan ujung-ujungnya kata-kata yang keluar adalah “eh, ketemu lagi..”.

Kami serombongan berangkat dengan bus yang sudah disediakan fakultas. Cukup mewah menurutku. Untuk sekedar baksos, kita diangkut dengan Safari Dharma Raya (Kayak mau Plesiran aja). Bus berangkat menuju tempat tujuan di Mungkid, Magelang. Perjalanan Semarang-Magelang masih sama seperti 6 bulan yang lalu, saat terakhir kali aku menginjakkan kaki di sana waktu stase IKM. Tidak banya

k yang berubah. Pepohonan kelapa yang pucuknya rontok diterpa “Wedhus Gembel” Merapi pada 7 bulan yang lalu kini mulai tumbuh pucuk-pucuknya. Janur-janur kuning kehijauan mulai menyembul menggantikan blarak yang sudah kecoklatan lagi tua.

Mungkid ternyata menjadi salah satu korban lahar dingin merapi. Pasir-pasir merapi bertebaran di mana-mana. Sungai yang dulu melintasi desa, kini tertutup gundukan pasir abu-abu kehitaman yang tingginya hampir menyamai jalan utama. Sekalipun bencana itu sudah berlalu, namun bekasnya masih nampak. Namun Allah senantiasa menunjukkan kebesarannya. Di sekitar tebaran pasir tersebut, pohon kelapa masih tegak berdiri bahkan terlihat lebih kokoh dan subur. Perkebunan sayur di belakang rumah yang kami gunakan untuk pengobatan pun tumbuh subur dan menyegarkan mata yang memandang. Tanaman padi pun mulai menguning tanda sebentar lagi panen tiba. Janji Allah memang benar adanya “Sungguh di balik kesulitan itu ada kemudahan”.

Kegiatan kami hari ini adalah Khitanan, Pengobatan dan Posyandu. Kebetulan Sari dan sebagian besar teman-teman 2005 lainnya mendapat mandat membantu Tim Khitan yang diketuai oleh dr. Hermawan (hormat senior!). Waktu pembagian Tim, Sari ternyata satu Tim dengan dr. Aswin dan Dinna. Alhamdulillah batinku. Mendapat kesempatan untuk kerjasama dengan senior yang sudah kukenal sebelumnya, membuatku merasa lebih percaya diri. Dibanding kalau berdampingan dengan residen atau bahkan supervisor. Wah yang ada bisa jiper bin kerdil nyaliku.

Sebenernya, hari itu cukup lumayan. Kami bertiga bisa bekerja sama dengan baik. Berganti-gantian sebagai operator, aisten operator dan asisten alat. Dr. Aswin orangnya sabar dan bisa menenangkan pasien. Sari jadi kebawa tenang dan alhamdulillah kedua tanganku bisa mengalir memainkan drama sirkumsisi dengan cukup lancar. Soalnya sebelumnya baru sekali Sari jadi operator, itu pun di tanah orang alias gak maksimal. Satu per satu pasien kami selesaikan dengan kompak dan saling mendukung. Benar-benar tim impian, semuanya berjalan mulus dengan sedikit kendala yang bisa kami tangani bersama. Tiap Tim Khitan mendapat jatah 6 orang pasien. Sampailah kami pada pasien terakhir. Pasien terakhir dan pasien terkecil. Usianya baru 5 tahun. Sempet keder juga, secara masih usia segitu, yang mau disirkum juga sudah kebayang ukurannya yang kecil dan rumitnya jahitan yang akan dibuat karena lapangan operasi yang terlalu sempit. Toh akhirnya tetap kami mulai dengan bismillah, semoga semuanya lancar

.

Sebut saja namanya Wawi, pasien terakhir kami yang lucu itu dengan penuh percaya diri menghampiri meja kami. Karena mejanya yang terlalu tinggi, kubopong dia naek ke atas meja operasi kami. Kemudian kutanya “Adek takut ndak? Sudah siap mau dikhitan?” kataku. Wawi menggeleng lembut dan tersenyum. Kemudian, kuminta dia berdoa agar lebih tenang selama proses khitan berjalan. Sari dan dr. Aswin membimbing Wawi untuk membaca surat Al Fatihah. Yah Cuma di awal saja, akhirnya Wawi meneruskannya sendiri karena dia memang sudah hafal. Kusiapkan semua instrumen yang diperlukan sampai akhirnya aku pun siap untuk menjalankan eksekusi sirkumsisi kali ini bersama Dinna dan dr. Aswin. Ketika baru akan kudesinfeksi lapangan operasi kami, perlahan tapi pasti dari mulut adek kecil itu mengalun “Amma yatasa alun, Aninnabail adziem…”. Spontan aku terperanjat dan kagum. Anak kecil ini mampu membius dan menghipnotisku dengan penuh kekaguman. Dia sudah hafal. Perlahan tapi pasti, bulir-bulir ayat suci Al Qur’an itu mengalir dari kedua bibirnya yang mungil. Dibacakannya Jus 30 dari An Naba, An Naziat, dst. Sambil merem, Wawi menahan takut. Kubaca “Bismillah..”, mba suntik ya dek. Anestesi blok dijalankan. Kemudian dilanjutkan dengan anestesi infiltrasi. Namun apa daya, kayaknya Blokku gagal. Waktu infiltrasi, Wawi kesakitan. Wawi pun menangis tak keruan. Ayat Al Qur’an yang tadi lancar dia ucapkan, kini terlupakan. Rasa sakit membuatnya tak kuasa untuk mengucap. Menangis..

Beribu upaya kami lakukan untuk menenangkannya. Memang dalam setiap prosedur anestesi sirkumsisi, diupayakan kedua tipe anestesi ini yang fungsinya saling melengkapi. Bunda Wawi pun datang, alu membimbing Wawi mengaji. Perlahan tapi pasti, aku sangat kagum pada cara Bunda menenangkan anaknya. Bukan dengan iming-iming permen atau mainan, tapi dengan ayat Al Qur’an. 5 menit berlalu penuh dengan tawar menawar. Apakah mau lanjut atau tidak. akhirnya Wawi setuju untuk melanjutkan proses khitannya. Kini obat biusnya kombinasi dosis tinggi : anestesi medis plus pelukan Bunda plus merdunya ayat-ayat Al Qur’an dari mulut Wawi. Jadi ingat kisah sahabat. Ali RA saat luka perang dan kakinya tertancap panah/tombak, maka beliau minta kepada sahabatnya untuk mencabut anak panah tersebut saat berdiri shalat. Dan terbukti Ali RA tidak tahu setelah shalat selesai bahwa panah tersebut telah dicabut/tercabut. Alhamdulillah, proses khitan pun akhirnya selesai. Wawi pun, jadi pasien khitanku yang paling kecil, paling berani dan paling menginspirasi. Insya Allah nak, mba pun akan meningkatkan hafalan mba. Biar ndak kalah sama Wawi, kalau Wawi sudah besar nanti ^_^

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Agustus 21, 2011 inci Kesehatan, Perjalanan

 

Tag: , , , , ,